Tuesday 25 August 2015

Punden Makam Poncowati Juwah Kepung Kediri

Selamat pagi sobat Blogger, karena saya nglilir (baca : terbangun) sekitar satu jam tadi, maka saya manfaatkan untuk posting di blog telusur budaya dan sejarah, kali ini saya akan posting mengenai punden berupa makam yang dikenal dengan nama Punden Mbah Poncowati dan lokasinya berada di tengah persawahan di area Desa Juwah Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Desa Juwah sendiri letaknya berdekatan (istilahnya tonggo desa/tetangga desa) dengan Desa Siman dimana di Desa Siman terdapat Prasasti Mbah Gurit, Monumen Harinjing dan Punden Bogor Pradah

Mbah Poncowati ini dikenal sebagai saudara dari Mbah Poncotoyo yang pundennya ada di kramatan (baca : makam) yang berada di Desa Siman, menurut legenda penduduk setempat (Desa Siman) pada jaman dahulu ada empat pendekar yaitu Raden Poncotoyo, Raden Poncowati, Raden Poncolegowo dan Raden Anengpati yang mbabat alas atau membuka hutan untuk dijadikan permukiman/desa, namun keempat pendekar ini kemudian berpisah untuk babat alas di tempat/daerah yang lain.

Berikut sedikit kisah mengenai keempat tokoh diatas yang salah satunya adalah Mbah Poncowati..
Konon ketika terjadi peperangan yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro pada tahun 1825 – 1830 dan akhirnya Sang Pangeran menunai kekalahan akibat penghianatan Kolonial Belanda dan akhirnya para pengikutnya bertebaran ke berbagai daerah demi keamanan dan kesinambungan perjuangan mereka.

Salah satu dari para prajurit Pangeran diponegoro adalah Raden Poncoreno putra seorang Demang yang menjabat di wilayah Kadipaten Kediri. Raden Poncoreno melangkahkan kaki menyusuri daerah selatan Pulau Jawa dan beliau singgah di kediaman Kakeknya yaitu seorang Tumenggung di wilayah Kadipaten Tulungagung yang bernama Raden Tumenggung Suratani II.

Raden Poncoreno mendapat petunjuk dari kakeknya untuk mencari dan tinggal di wilayah tepi sungai Konto di utara Gunung Kelud. Sang Tumenggung mengenal tempat tersebut ketika ayahnya yaitu Raden Tumenggung Suratani I mendapat tugas dari kerajaan untuk berperang mendamaikan wilayah Kadipaten  Malang. Raden Poncoreno akhirnya mengikuti petunjuk kakeknya dan melanjutkan perjalananya sampai di wilayah tepi Sungai Konto yang tepatnya di wilayah Taman Wisata Selorejo yang pernah dijadikan Padang Golf. 

Beliau tinggal di sana hingga mendapatkan banyak anak cucu dan kerabat. Raden Poncoreno mempunyai empat orang saudara 1. Raden Poncotoyo (Mbah Karsiman) tinggal di Desa Siman, 2. Raden Anengpati (Mbah Jimat) tinggal di Desa Keling, 3. Raden Poncolegowo (Mbah Macan Wulung) tinggal di Wonosalam, 4. Raden Poncowati (Mbah Patih) tinggal di Desa Juwah. (sumber dari sini)

Berikut dokumentasi Punden Makam Poncowati yang sempat saya abadikan, dan kondisi punden ini begitu apa adanya (baca : tidak terawat), oiya saya ke punden ini ditemani oleh adik saya yang bernama Suwaji yang bertindak sebagai guide dan memberikan sedikit cerita mengenai keberadaan punden ini.

Melintasi ladang jagung bersama adik saya, Suwaji menuju punden Mbah Poncowati

Kondisi punden yang sangat memprihatinkan

Menurut Suwaji makam Mbah Poncowati terletak dibawah batang pohon kamboja yang tumbuhnya melintang diatas makam (makam tertutup batang kamboja)


Terdapat sebaran bata kuno area punden

Bata kuno juga dijadikan pagar keliling punden yang kondisi pagarnya telah ambrol/roboh


Demikian sobat Blogger, posting hasil klutusan telusur budaya dan sejarah di Desa Juwah Kecamatan Kepung kabupaten Kediri, semoga postingan ini bermanfaat bagi kita semua agar ikut serta nguri - uri atau memelihara benda peninggalan sejarah masa lalu dan (semoga) dapat mengungkapkan benang merah mengenai kejayaan Kerajaan Kediri masa lalu... Salam Sejarah dan Budaya. Kediri Jayati 

No comments:

Post a Comment